Minggu, 15 April 2012

Makalah K3 Industri Sektor Informal "Pedagang Gorengan"

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan industri di Indonesia semakin berkembang pesat juga.Tidak hanya industri formal tapi perkembangan industry informal juga semakin berkembang pesat. Bertolak dari perkembangangan industry penerapan kesehatan dan keselamatan kerja juga harus menjadi perhatian.
Namun dalam penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di industri formal jauh lebih baik dibanding industri nonformal. Dalam sektor formal institusinya jelas yaitu institusi formal, ada perjanjian ketenagakerjaan serta program perlindungan K3 sudah ada dan diterapkan. Sedangkan industry nonformal masih jauh dari yang diharapkan.
Menyadari pentingnya K3 bagi semua orang di manapun berada maupun bekerja, serta adanya persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan di era globalisasi ini maka mau tidak mau upaya untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja harus menjadi prioritas dan komitmen semua pihak baik pemerintah maupun swasta dari tingkat pimpinan sampai ke seluruh karyawan dalam manajemen perusahaan. Dengan tingkat kesehatan dan keselamatan kerja yang baik jelas mangkir kerja karena sakit akan menurun, biaya pengobatan dan perawatan akan menurun, kerugian akibat kecelakaan akan berkurang, tenaga kerja akan mampu bekerja dengan produktivitas yang lebih tinggi, keuntungan akan meningkat dan pada akhirnya kesejahteraan karyawan maupun pemberi kerja akan meningkat. Untuk itu berbagai upaya hendaknya dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk juga penelitian-penelitian dari perguruan tinggi guna mencari solusi terbaik untuk memperbaikinya.
Oleh karna jumlah penjual gorengan terutama di kota Makassar ini yang hanya bekerja dimalam hari membuatku tertarik untuk melakukan penilaian terhadap pontensial bahaya yang ada pada lingkungan kerja tersebut. 
Tak dapat dipungkiri bahwa bahaya yang ada di lingkungan kerja sektor informal menimbulkan resiko yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan dalam bekerja baik itu ringan, sedang maupun berat. Selama ini banyak pekerja sektor informal belum mendapat perlindungan dan jaminan hidup layak saat dalam bekerja.

B.     TUJUAN PENULISAN
·         Untuk mengetahui faktor risiko pada usaha gorengan
·         Untuk mengetahui pengendalian faktor resiko pada usaha tersebut dan APD yang digunakan
·         Untuk mengetahui pengetahuan pemilik usaha  gorengan tentang K3
·         Untuk mengetahui falisitas kesehatan yang di disediakan  pada usaha  gorengan

C.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah Bagaimana gambaran lingkungan kerja serta potensi hazard di penjual gorengan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.     GAMBARAN LOKASI
Usaha gorengan milik Bapak Jamal berada di Jalan Paccerakkang, Daya Makassar Sulawesi Selatan. Tempat usahanya berupa gerobak sederhana dengan berbagai jenis gorengan yang siap makan, dengan peralatan sederhana, seperti kompor gas, baskom berisi bahan-bahan gorengan.
1.      Sejarah Pendirian
Sesuai dengan kebutuhan manusia sehari-hari, makanan merupakan salah satu kebutuhan primer. Karena semakin berkembangnya zaman, permintaan terhadap makanan semakin banyak, khususnya makanan cepat saji. Bertolak dari hal itu, maka usaha pedagang makanan semakin berkembang pula. Walaupun usaha ini masih bertahap industri rumahan, tetapi banyak juga yang mencoba peruntungan dalam usaha menjual gorengan.
Adapun sejarah berdirinya, usaha ini (gorengan) mulai dijalankan pada tahun 2011. Berawal dari coba-coba dengan modal seadanya, namun seiring berjalannya waktu langganan semakin banyak sehingga usaha ini masih bisa bertahan sampai sekarang.
Lokasi dari pedagang gorengan ini cukup strategis karena berada di tepi jalan raya. Selain itu, akses transportasi juga cukup lancar. Para pembeli dapat langsung membeli gorengan, saat mereka melintas di Jalan Paccerakkang tersebut.
1.      Jumlah Tenaga Kerja
Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara yang telah dilakukan, jumlah tenaga kerja dari usaha ini hanya dua orang yaitu pemilik usaha itu sendiri bersama dengan Ibu Ika, istrinya.
Ketentuan jam kerja pada usaha ini tidak menentu tergantung dari lakunya jualan . Namun, berdasarkan hasil wawancara rata-rata jam kerjanya yaitu  tak lebih dari 8 jam kerja setiap hari. Buka dari pukul 17.00 sore.
2.      Proses Produksi
a.       Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk, ikut dalam proses produksi dan memiliki persentase yang besar dibandingkan bahan-bahan lainnya. Jadi, bahan baku ini dapat disebut sebagai bahan utama. Adapun bahan baku yang digunakan adalah sebagai berikut :
ü  Sayuran, meliputi kol, wortel.
ü  Tahu dan tempe
ü  Pisang (untuk pisang molen)
ü  Tepung terigu
b.      Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan ditambahkan kedalam proses pembuatan produk dalam rangka meningkatkan mutu produk yang mana komponennya merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
ü  Minyak goreng;.
c.       Uraian Proses Produksi
Proses produksi adalah metode atau teknik untuk membuat suatu barang atau jasa bertambah nilainya dengan menggunakan sumber tenaga kerja, mesin, bahan baku, bahan tambahan dan dana yang ada.Sedangkan proses adalah suatu cara, metode dan teknik bagaimana mengubah sumber daya (material, tenaga kerja, mesin, dana dan metode) yang ada untuk memperoleh hasil. Sedangkan untuk produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Dari definisi diatas maka dapat dibuat kesimpulan bahwa proses produksi adalah cara, metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber daya material, tenaga kerja, mesin, dana, dan metode yang ada.
Jenis-jenis produksi sangat banyak, tergantung dari metode, dan cara yang digunakan untuk menghasilkan produk. Namun secara garis besar dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu :
1.       Proses produksi yang terus menerus (Continue)
2.      Proses produksi yang terputus-putus (Intermittent)
Dalam aktivitas produksinya sehari-hari usaha gorengan menggunakan jenis proses produksi yang terputus-putus Intermittent. Hal ini dikarenakan kegiatan produksi dari usaha tersebut berlangsung untuk memenuhi permintaan atau pesanan dari konsumen/ pembeli.
Secara umum, proses produksi pada pedagang gorengan adalah :
1.      Memotong-motong bahan ;
2.      Mencampur dengan bumbu;
3.      Di goreng.
a.       Tinjauan Umum
Dan saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini mungkin, kecelakaan/ POTENSIAL kecelakaan kerja harus dicegah/ dihilangkan, atau setidak-tidaknya dikurangi dampaknya. Penanganan masalah keselamatan kerja di dalam sebuah perusahaan harus dilakukan secara serius oleh seluruh komponen pelaku usaha, tidak bisa secara parsial dan diperlakukan sebagai bahasan-bahasan marginal dalam perusahaan. Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut:
1. Kelelahan (fatigue)
2. Kondisi tempat kerja (enviromental aspects) dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition)
3. Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya (pre-cause) adalah kurangnya training
4. Karakteristik pekerjaan itu sendiri.
Aktifitas, situasi, kondisi, kejadian, gejala, proses, material, dan segala sesuatu yang ada di tempat kerja/ berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi/ berPOTENSIALmenjadi sumber kecelakaan/ cedera/ penyakit/ dan kematian disebut dengan Bahaya/ Risiko. Secara garis besar, bahaya/ risiko dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Bahaya/ risiko lingkungan
     Termasuk di dalamnya adalah bahaya-bahaya biologi, kimia, ruang kerja, suhu, kualitas udara, kebisingan, panas/ termal, cahaya dan pencahayaan. dll.
2. Bahaya/ risiko pekerjaan/ tugas
     Misalnya: pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan secara manual, peralatan dan perlengkapan dalam pekerjaan, getaran, faktor ergonomi, bahan/ material kerja
3. Bahaya/ risiko manusia
     Kejahatan di tempat kerja, termasuk kekerasan, sifat pekerjaan itu sendiri yang berbahaya, umur pekerja, Personal Protective Equipment, kelelahan dan stress dalam pekerjaan, pelatihan, dsb Berdasarkan "derajad keparahannya", bahaya-bahaya di atas dibagi ke dalam empat kelas, yaitu:
     1. Extreme risk
     2. High risk
     3. Moderate risk
     4. Low risk
      Dalam manajemen bahaya (hazard management) dikenal lima prinsip pengendalian bahaya yang bisa digunakan secara bertingkat/ bersama-sama untuk mengurangi/ menghilangkan tingkat bahaya, yaitu:
a.       Penggantian/ substitution atau yang dikenal sebagai engineering control.
b.      Eliminasi
c.       Pengendalian teknis / rekayasa mesin
d.      Pengendalian administratif/ administrative controls
e.       Perlengkapan perlindungan personnel/ Personnel Protective Equipment/ PPE
Istilah ergonomic berasal dari bshasa latin yaitu Ergon(kerja) dan Nomos(hokum alam)
Ergonomic adalah satu ilmu yang peduli akan adanya keserasian manusia dengan pekerjanya . ergonomic bertujuan membuat pekerjaan, peralatan, informasi, dan lingkkungan yang serasi satu sama lainnya. (Agus Wibisono. 2011)

b.      Tinjauan Khusus
Selama ini banyak pekerja sektor informal yang  belum mendapat perlindungan dan jaminan hidup layak saat dalam bekerja. Ketika mengalami kecelakaan saat bekerja, si pekerja informal menanggung sendiri biaya berobat. Keselamatan raga maupun jiwa mereka tak ada yang menjamin.
            Begitu pun saat mereka jatuh sakit atau memasuki hari tua, nasib pekerja informal tak ubahnya seperti anak tiri. Ketika pekerja formal mendapat bantuan dari jamsostek saat menebus biaya berobat, seorang pekerja informal menanggung sendiri sehingga beban hidup terasa bertambah berat. Bagi mereka yang mampu tak menjadi masalah, tetapi untuk pekerja dengan penghasilan pas-pasan, tentu ini menjadi taruhan bagi kesejahteraan mereka. Pekerja informal tentu berbeda dengan mereka yang bekerja di sektor formal. Jumlah tenaga kerja Indonesia di sektor informal cenderung menurun akibat semakin banyaknya pengusaha menerapkan sistem outsourcing atau buruh kontrak. Kondisi sekarang ini, jumlah pekerja di sektor informal mencapai sekitar 63 juta atau sekitar 63 persen dari keseluruhan angkatan kerja. Angka ini menurun dibanding sepuluh tahun yang lalu, karena sudah banyak yang beralih ke tenaga kontrak.
Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal mungkin. Di beberapa negara Ergonomi diistilahkan Arbeitswissenschaft (Jerman), Biotechnology (Skandinavia), Human (faktor) Engineering atau Personal Research di Amerika Utara. (Budiono, Sugeng, 2003)
Kelelahan adalah mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut dan memerlukan terjadinya proses pemulihan. Sebab-sebab kelelahan diantaranya adalah monotomi kerja, beban kerja yang berlebihan, lingkungan kerja jelek, gangguan kesehatan dan gizi kurang.
Pedagang gorengan adalah salah satu jenis pedagang makanan siap saji yang digoreng. Dalam usaha gorengan ini terdapat resiko dan bahaya bagi pekerjanya. Bahaya (Hazard) adalah sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, prose kerja, dan atau aspek lainnya dari lingkungan kerja.

BAB III
PEMBAHASAN

A.     PENGETAHUAN TENTANG K3
      Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa informan mempunyai sedikit pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.Tapi cenderung tidak mengaplikasikan, karena faktor kebiasaan.

B.     KONDISI LINGKUNGAN KERJA
1.      POTENSIAL HAZARD LINGKUNGAN  FISIK
Faktor fisik yang terdapat pada usaha  gorengan yaitu suhu yang panas dari penggorengan
2.      POTENSIAL HAZARD LINGKUNGAN KIMIA
Api yang berpotensi untuk mengakibatkan luka bakar dan juga minyak akan membuat lingkungan kerja jadi licin. Dan minyak panas pada penggorengan akan menyebabkan tangan melepuh.
3.      POTENSIAL HAZARD LINGKUNGAN FISIOLOGI
Tidak ergonomis. Karena selama mereka bekerja mereka terus saja berdiri.
4.      POTENSIAL HAZARD LINGKUNGAN BIOLOGI
Karena posisi usaha gorengan berada di pinggir jalan, debu akibat asap kendaraan dan debu-debu lainnya dapat hinggap pada jajanan tersebut.
C.     PENGGUNAAN APD
Pengelolah usaha  gorengan itu sama sekali tidak menggunakan alat pelindung diri karena menurutnya hanya dapat memperlambat pekerjaanya dan mereka jadi terganggu dalam mengerjakan tugasnya. APD yang harus digunakan pada usaha  gorengan ini adalah menggunakan penjepit ketika masukkan adonan kedalam penggorengan. Penggunaan celemek dan penutup kepala juga dapat digunakan untuk menghindari cipratan minyak panas pada kepala dan tubuh.
D.     PENGENDALIAN KECELAKAAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yaitu :
1.      Membersihkan lantai atau permukaan lingkungan kerja yang terkena minyak ketika hendak membereskan jualan dan penggunaan alas kaki untuk mencegah pedagang tergelincir;
2.      Menggunakan penjepit ketika memasukan adonan kedalam penggorengan
3.      Hygiene pribadi juga harus diperhatikan oleh penjamah makanan, seperti, tidak membiarkan kuku panjang, agar tidak ada kuman yang terkontaminasi dengan kuku;
4.      Jika tidak ada pembeli, istirahatlah dengan kata lain duduk.




E.      FASILITAS KESEHATAN
      Oleh karena usaha tersebut adalah usaha kecil jadi tidak ada fasilitas khusus yang menjamin keamanan hidupnya. Jika terjadi kecelakaan, mereka sendiri yang melakukan pertolongan pertama jika tidak sembuh barulah mereka ke puskesmas atau rumah sakit. Bahkan di tempat kerjanya tidak tersedia kotak P3K. Dengan demikian jika terjadi kecelakaan kerja  mereka hanya melakukan tindakan pertolongan pertama sesuia pengetahuan yang mereka miliki.

BAB IV
PENUTUP

1.      KESIMPULAN
·         Usaha gorengan milik Bapak Jamal berada di Jalan Paccerakkang, Daya Makassar Sulawesi Selatan memiliki kondisi lingkungan kerja yang memberikan kontribusi terhadap beberapa potensial hazard. Seperti ; potensial hazard lingkungan fisik ( panas ), potensial hazard lingkungan fisiologis ( ergonomi ), serta potensial hazard lingkungan biologi ( mikroorganisme dan debu ).
·         Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut:
1. Kelelahan (fatigue)
2. Kondisi tempat kerja (enviromental aspects) dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition)
3. Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya (pre-cause) adalah kurangnya training
4. Karakteristik pekerjaan itu sendiri.
·         Mengenai fasilitas kesehatan bisa dikatakan tidak ada bahkan kotak P3K
2.      SARAN
Bagi pengusaha  gorengan di harapkan membiasan menggunakan alat pelindung diri agar mengurangi lecet atau kecelakaan pada saat memasukkan adonan dan posisi pada saat kerja harus diperhatikan kenyamanan dan keamanannya bagi tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

·         Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja. Jakarta : dian rakyat
·         Suardi, Rudi. 2007. Sistem manajemen dan kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : PPM
·         Subaris, Heru. 2007. Hygiene Lingkungan Kerja. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press
Oleh St. Hardianty Salam (70200109080)

1 komentar:

  1. yng untuk sektor informal pengrajin tahu/tempe belum ada ya..?

    BalasHapus