Senin, 16 April 2012

Makalah K3 Industri Sektor Informal "Penjual Bakso"

BAB 1
 PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan kerja adalah gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja.Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala sesuatu yang berada di sekitar pekerja atau yang berhubungan dengan tempat kerja yang dapat mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugas yang dibebankan padanya.
Kesehatan lingkungan kerja membahas tentang kegiatan pemecahan masalah kesehatan di lingkungan kerja.Pemecahan masalah lingkungan kerja pada hakekatnya merupakan upaya pengurangan terhadap beban tambahan bagi pekerja dan upaya penyerasian antara kapasitas kerja dengan lingkungan kerja.
Apabila tidak memenuhi persyaratan maka lingkungan kerja dapat mempengaruhi kesehatan kerja dalam dua bentuk yaitu kecelakaan kerja(Occupational accident) dan penyakit akibat kerja(Occupational diseaces).
Lingkungan kerja yang manusiawi dan lestari akan menjadi pendorong bagi kegairahan dan efisiensi kerja. Lingkungan kerja yang tidak mendukung produktivitas kemampuan manusia tidak saja merugikan produktivitas kerjanya, tetapi juga menjadi sebab terjadinya penyakit  atau kecelakaan kerja. Hanya lingkungan kerja yang aman, selamat dan nyaman merupakan prasyarat penting untuk terciptanya kondisi kesehatan prima.
Upaya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja tidak hanya pada industri formal saja seperti di perusahaan-perusahaan tetapi juga pada industry non formal, karena ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja mencakup semua tenaga kerja baik itu di lingkungan formal maupun non formal dan semua orang yang berada dalam lingkungan kerja tersebut. Salah satu tempat non formal yang seharusnya ada penerapan kesehatan dan keselamatan kerja adalah industri pada pedagang bakso.
Penjualan bakso sudah menjamur di Indonesia utamanya di Makassar. Dan tentu saja dalam proses pembuatan, begitu banyak alat dan bahan yang diperlukan dan hal itu sangat berpotensi adanya bahaya di lingkungan kerja sehingga dapat menurunkan produktivitas pekerja. Baik dari lingkungan Fisik, kimiawi, biologis, fisiologis serta psikologis.

B.     Rumusan masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan permasalahannya adalah bagaimana penerapan kesehatan dan keselamatan kerja pada industri non formal ( pedagang bakso) ?

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penerapan kesehatan dan keselamatan kerja pada industry non formal (pedagang bakso)











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Gambaran lokasi
Industri pedagang bakso ini terdapat d Samatha, tepatnya di jalan poros menuju Sungguhminasa.Disamping kanan lokasi terdapat toko pemotongan kaca, disamping kirinya terdapat rumah penduduk dan di depannya terdapat rumah penduduk juga.
1.      Sejarah pendiriannya
Industry ini didirikan oleh Mas “A” pada tahun 2010.Dulu tempatnya masih sangatlah sederhana, dan itu di dasari oleh kurangnya modal.Karena usahanya itu masih tergolong baru, maka tempatnya pun belum sempurna.Bakso masa kini didirikan pada tahun 2010 dan tidak mempunyai SK karena mereka mengikut di tempat penggilingan daging dan jenis makanan yang mereka olah tidaklah permanen atau tidak menggunakan bahan pengawet. Mereka memberi nama bakso masa kini agar tidak termakan oleh zaman.
Awalnya, beliau sendiri yang mengerjakan segala sesuatunya baik dari pembuatan dan pemasaran.Setelah beberapa tahun beliapun mulai merekrut pekerja pada tahun 2011 tapi pekerjanya juga berasal dari keluarganya sendiri.Pada tahun tersebut sudah ada pembagian tugas, ada di bagian pembelian daging yang sudah digiling, pengolahan dan penyajian.
2.      Jumlah tenaga kerja
Jumlah tenaga kerjanya terdiri dari empat orang yaitu Mas “A” beliau sndiri yang punya usaha (umurnya sekitar 28 tahun), Mbak”S” istrinya (umurnya 26 tahun) Anto ( umurnya sekitar 12 tahun) dan Mas “ sutrisno” (umurnya sekitar 23 tahun ). Mas Sutrisno inilah yang sellu ke pasar Sungguhminasa menggiling daging. Mereka bekerja mulai dari pukul 07.00 –22.00 WIB
3.      Proses produksi
·         Pemotongan daging. khusus di bakso “masa kini” tdk melakukan pemotongan daging karena mereka langsung membeli daging yang siap digiling

·         Penggilingan daging (bisa dengan menggunakan mesin penggiling daging/meat mincer).pada proses penggilingan, dibawa ke pasar Sungguhminasa.

·         Pengolahan bumbu(mengupas bawang putih bawang merah,daun bawang dan yang lainnya)

·         Penghalusan daging giling sekaligus pencampuran dengan bahan pembantu dan bumbu, pencampuran dengan tepung tapioka (bisa dengan menggunakan mesin blender industri).

·         Pencetakan atau Pembentukan bola-bola bakso (bisa secara manual maupun secara otomatis memakai Mesin Pencetak Bakso).

·         Perebusan.Perebusan bakso dilakukan dalam dua tahap agar permukaan bakso yang dihasilkan tidak keriput dan tidak pecah akibat perubahan suhu yang terlalu cepat. Tahap pertama, bakso dipanaskan dalam panci berisi air hangat sekitar 60C sampai 80C, sampai bakso mengeras dan terapung. Tahap kedua, bakso direbus sampai matang dalam air mendidih.
NO
KEGIATAN
POTENSI HAZARDZ
PENCEGAHAN
1
Pengolahan bumbu
Luka / teriris
Pakai sarung tangan atau tambahkan pencahayaan


Mata perih
Usahakan tdk terlalu lama mengiris bumbunya karena dapat membuat mata iritasi /kecamata


Sakit punggung
Pakai papan yang datar dan menghadap ke papan tidak membungkuk


Kaki kesemutan
Gunakan tempat duduk yang baik, jangan jongkok
2
Penghalusan dan pencampuran
Tangan menjadi kaku
Gunakan sarung tangan yang anti air


Terhirup tepung
Gunakan masker


Tangan lecet
Berikan kain pada pengaduk adonan
3
Pencetakan
Tangan pegal
Bergantian dalam hal pencetakan


Kaki kesemutan
Gunakan tempat duduk


Tangan terluka
Gunakan sarung tangan
4
Perebusan
Tangan melepuk
Berikan kain pada pengangkat adonan


Terpapar panas
Gunakan kipas angin


Terkena asap panas
Gunakan masker dan kecamata

     























Tinjauan umum
a.      Tinjauan umum tentang pengertian bakso
Bakso atau baso adalah jenis bola daging yang paling lazim dalam masakan Indonesia. Bakso umumnya dibuat dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka, akan tetapi ada juga baso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang. Dalam penyajiannya, bakso umumnya disajikan panas-panas dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mi, bihun, taoge, tahu, terkadang telur, ditaburi bawang goreng dan seledri. Bakso sangat populer dan dapat ditemukan di seluruh Indonesia; dari gerobak pedagang kaki lima hingga restoran besar. Berbagai jenis bakso sekarang banyak di tawarkan dalam bentuk makanan beku yang dijual di pasar swalayan dan mall-mall. Irisan bakso dapat juga dijadikan pelengkap jenis makanan lain seperti mi goreng, nasi goreng, atau cap cai.( Wikipedia,2012)
·         Asal mula
Bakso memiliki akar dari seni kuliner Tionghoa Indonesia hal ini ditunjukkan dari istilah Bakso berasal dari kata Bak-So, dalam Bahasa Hokkien yang secara harfiah berarti 'daging babi giling'. Karena kebanyakan penduduk Indonesia adalah muslim, maka bakso lebih umum terbuat dari daging halal seperti daging sapi, ikan, atau ayam. Seiring berkembangnya waktu, istilah bakso menjadi lebih dikenal dengan 'daging giling' saja.Kini, kebanyakan penjual bakso adalah orang Jawa dari Wonogiri dan Malang.Tempat yang terkenal sebagai pusat Bakso adalah Solo dan Malang yang disebut Bakso Malang. (Wikipedia,2012 )
·         Jenis bakso
a)      Bakso urat: bakso yang diisi irisan urat atau tendon dan daging tetelan kasar
b)      Bakso bola tenis atau bakso telur: bakso berukuran bola tenis berisi telur ayam rebus
c)      Bakso gepeng: bakso berbentuk pipih
d)     Bakso ikan: bakso berbahan daging ikan
e)      Bakso udang: bakso berbahan dari udang
f)       Bakso Malang: hidangan bakso dari kota Malang , Jawa Timur; lengkap dengan mi kuning, tahu, siomay, dan pangsit goring
g)      Bakso keju: bakso resep baru berisi kejo
h)      Bakso Bakar: bakso yang diolesi bumbu khusus dan dibakar langsung (tanpa arang) dan disediakan bersama potongan ketupat dan kuah kaldu yang hangat dan bumbu kacang. Biasanya bumbu oles sebelum dibakar merupakan salah satu yang menentukan enak atau tidaknya bakso bakar. ( Wikipedia,2012)

b.      Tinjauan umum bahan baku dalam pembuatan bakso
o   Daging
Menurut Varnam dan Sutherland (1996), daging adalah pangan tinggi protein, kualitas proteinnya sangat tinggi, tipe dan perbandingan asam aminonya menyetarai kebutuhan pertahanan dan pertumbuhan jaringan tubuh manusia.Daging mengandung asam amino esensial seperti lisin dan treonin dalam jumlah substansial serta metionin dan triptofan dalam jumlah yang cukup.
o   Tepung tapioka
Bahan pengisi merupakan salah satu bahan baku yang digunakan untuk membuat bakso yaitu tepung tapioka. Bahan pengisi yang digunakan pada produkbertujuan untuk memperbaiki stabilitas emulsi, meningkatkan rendemen, memperbaiki daya iris, memperbaiki flavor dan juga mengurangi biaya produksi.Bahan pengisi mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi dan protein rendah. Hal ini menyebabkan bahan pengisi mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi, protein yang rendah dan menyebabkan bahan pengisi memiliki kemampuan mengikat air yang baik, tetapi tidak dapat mengemulsikan lemak (Sunarlim,1992).
o   Garam
Garam digunakan sebagai bahan pembuatan bakso. Garam dapur berfungsiuntuk memberi cita rasa, mengekstraksi miofibrial dan untuk meningkatkan dayasimpan karena dapat menghambat mikroorganisme pembusuk (Cross danOverby,1998). Menurut Sunarlim (1992), penambahan garam sebaiknya tidak kurangdari 2% dan lebih dari 4%, karena konsentrasi garam kurang dari 1,8%menyebabkan rendahnya protein terlarut
c.       Tinjauan umum tentang kesehatan dan keselamatan kerja
Menurut Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalahkondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .
Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan.Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6), mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Jackson (1999, p. 222), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

3 faktor utama yaitu beban kerja, beban tambahan akibat dari lingkungan kerja dan kemampuan kerja.
a.      Beban kerja
Setiap pekerjaan apapun jenisnya apakah pekerjaan tersebut memerlukan kekuatan otot atau pemikiran adalah merupakan beban bagi yang melakukan.Dengan sendirinya beban ini dapat berupa beban fisik, beban mental, maupun beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaan si pelaku.
b.      Beban tambahan. Beban tambahan ini dapat dikelompokkan manjadi 5 faktor yakni :
1)      Faktor fisik, misalnya: penerangan/pencahayaan yang tidak cukup, suhu udara yang panas, kelemahan yang tinggi atau rendah, suara yang bising dan sebaginya
2)      Faktor kimia, yaitu bahan-bahan kimia yang menimbulkan gangguan kerja, misalnya bau gas, uap atau asap, debu dan sebagainya
3)      Faktor biologi, yaitu binatang atau hewan dan tumbuhan-tumbuhan yang menyebabkan pendangan tidak enak atau menggangggu misalnya : nyamuk, kecoa, lumut, taman yang tidak teratur dan sebagainya
4)      Faktor fisiologis, yakni peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh atau anggota badan (ergonomic), misalnya: meja atau kursi yang terlalu tinggi atau pendek
5)      Faktor sosial-psikologis, yaitu suasana kerja yang tidak harmonis, misalnya: adanya klik, gossip, stress, cemas, cemburu dan sebagainya.
c.       Kemampuan kerja
Kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan berbeda dengan seseorang yang lain, meskipun pendidikan dan pengalamannya sama, dan bekerja pada suatu pekerjaan atau tugas yang sama. Kemampuan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain gizi dan kesehatan ibu, genetic dan lingkungan.
Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut:
1. Kelelahan (fatigue)
2. Kondisi tempat kerja (enviromental aspects) dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition)
3. Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya (pre-cause) adalah kurangnya training
4. Karakteristik pekerjaan itu sendiri.

Hubungan antara karakter pekerjaan dan kecelakaan kerja menjadi fokus bahasan yang cukup menarik dan membutuhkan perhatian tersendiri. Kecepatan kerja (paced work), pekerjaan yang dilakukan secara berulang (short-cycle repetitive work), pekerjaan-pekerjaan yang harus diawali dengan "pemanasan prosedural", beban kerja (workload), dan lamanya sebuah pekerjaan dilakukan (workhours) adalah beberapa karakteristik pekerjaan yang dimaksud. Penyebab-penyebab di atas bisa terjadi secara tunggal, simultan, maupun dalam sebuah rangkain sebab-akibat (cause consequences chain).
Manajemen BahayaAktifitas, situasi, kondisi, kejadian, gejala, proses, material, dan segala sesuatu yang ada di tempat kerja/ berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi/ berpotensi menjadi sumber kecelakaan/ cedera/ penyakit/ dan kematian disebut dengan Bahaya/ Resiko. Secara garis besar, bahaya/ resiko dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:
1)      Bahaya/ resiko lingkungan
Termasuk di dalamnya adalah bahaya-bahaya biologi, kimia, ruang kerja, suhu, kualitas udara, kebisingan, panas/ termal, cahaya dan pencahayaan.dll.
2)      Bahaya/ resiko pekerjaan/ tugas Misalnya: pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan secara manual, peralatan dan perlengkapan dalam pekerjaan, getaran, faktor ergonomi, bahan/ material kerja (PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)) .dll.
3)      Bahaya/ resiko manusia

Kejahatan di tempat kerja, termasuk kekerasan, sifat pekerjaan itu sendiri yang berbahaya, umur pekerja, Personal Protective Equipment, kelelahan dan stress dalam pekerjaan, pelatihan, dsb
Menurut Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator penyebab keselamatan kerja adalah:
Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:
o   Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang diperhitungkan keamanannya.
o   Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak
o   Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:
o   Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
o   Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan penerangan.
Upaya-Upaya yang dapat dilakukan dalam Pengendalian Lingkungan Kerja yaitu :
  1. Desain dan tata letak yg adekuat (konstruksi bangunan dan tata letak peralatan/material yang baik dan sesuai) sehingga pekerja dpt bekerja efisien & efektif serta dapat memberikan perlindungan yang optimal dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja.
  2. Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya, antara lain : penghentian proses, substitusi, isolasi, ventilasi, metode basah dan tata kerumahtanggaan yang baik
Upaya-Upaya yang dapat dilakukan dalam Pengendalian Perorangan yaitu Melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku serta disiplin kerja para pekerja dengan :
  1. Cara kerja yang baik dan benar.
  2. Tersedianya Alat Pelindung Diri dan ketaatan dalam pemakaiannya.
  3. Pembatasan waktu pajanan (Jam Kerja, Cuti, dll)
  4. Kebersihan perorangan.
  5. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan secara berkala untuk penemuan dini gangguan kesehatan.
  6. Penerapan prinsip K3 dan ergonomi.
Selain pengendalian Lingkungan dan Perorangan, maka dalam menghadapi bahaya yang timbul ditempat kerja perlu diadakan Program Pelayanan Kesehatan kerja yang meliputi Pelayanan Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif.






















BAB III
PEMBAHASAN

A.    Pengetahuan k3
Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mendapatkan bahwa ternyata pekerja yang ada di jalan poros sungguhminasa tidak mengetahui istilah kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 namun pekerjamengetahui sebagian tentang hal-hal yang harus dia lakukan untuk mencegah hal-hal yang kemungkinan akan terjadi di lingkungan kerja. Meski demikian masih ada beberapa hal yang belum mereka pahami sehingga penerapannya masih kurang.

B.     Kondisi lingkungan kerja
1.      Potensi hazardz pada lingkungan fisik
Dalam hal pencahayaan masih sangat kurang di bagian dapur sehingga potensi hazardznya sangat tinggi.
2.      Potensi hasardz pada lingkungan kimia,
dalam hal ini peneliti tidak menemukan zat – zat kimia yang berbahaya. Namun jika dalam bahan tambahan makanan (BTM) diberikan secara berlebihan akan menimbulkan masalah bagi kesehatan. Contohnya Sodium Tripolifosfat (STPP) yg berfungsi untuk meningkatkan daya mengikat air oleh protein daging, mereduksi pengerutan daging dan menghambat ketengikan.0,3%
3.      Potensi hazardz pada lingkungan biologis yaitu shaphylococus Eureus(keracunan makanan) yang terdapat pada daging yang telah dimasak atau diolah.Pencegahan keracunan staphylococcus tindakan utama yang harus dilakukan adalah mencegah terjadinya kontaminasi makanan oleh staphylococcus dengan mengahmbat pertumbuhan atau membunauh bakteri yang telah terlanjur mencemari makanan. Kontaminasi dapat dicegah dengan menjaga kebersihan atau sanitasi yang baik dengan menggunakan bahan mentah yang tidak terkontaminasi. Shalmonella (tipus) Pencegahannya dengan cara memasak makanan yang dibuat dri daging dengan pemanasan yang sempurna, penyimpanan makanan pada suhu yang sesuai, melindungi makanan darikontaminasi lalat, dan pemeriksaan berkala pada orang yang menangani makanan.
4.      potensi hazardz pada lingkungan fisiologis
Di dalam ruangan itu terdapat gerobak tempat penyimpanan makanan. Meskipun demikian mereka masih tetap mengeluh jika sewaktu – waktu banyak pelanggang sehingga mereka pegal karena harus berdiri melayaninya.
5.      Potensi hazardz pada lingkungan psikologis
Setiap pekerjaan akan ada perasaan psikologis terutama pada pedagang bakso. Pekerja atau pun pemilik stress jika sewaktu – waktu konsumen kurang sehingga makanan yang sudah di olah banyak yang tersisa.Dan hal ini mengakibatkan banyak kerugian bagi pemilik.Satu – satu jalan yang mereka lakukan adalah memanaskannya kembali.

C.    Penggunaan APD
Dari awal peneliti telah menjelaskan bahwa pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja masih sangat kurang.Hal ini dibuktikan oleh peneliti ketika sedang melakukan observasi, terutama dibagian dapur.Namun dibagian luar tempat pelanggang menikmati makanan sudah cukup lumayan karena di lengkapi dengan berbagai fasilitas yang dapat membuat pelanggan nyaman.

D.    Pencegahan / pengendalian kecelakaan kerja dan PAK ( penyakit akibat kerja)
§  Dari lingkungan fisik
              Penerangan yang kurang dilingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja, karena akan mengganggu pelaksanaan pekerja, tetapi juga menimbulkan kesan yang kotor. Sehingga perlu meningkatkan penerangan, sebaiknya dua kali dari penerangan di luar tempat kerja, Dekorasi warna Penerangan di tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas 
§  Dari lingkungan kimia
Dengan adanya penggunaan BTM (bahan tambahan makanan) hendaknya tidak berlebihan agar tidak menimbulkan masalah kesehatan
§  Dari lingkungan fisiologis
Dalam hal ini pekerja seharusnya bergantian dalam hal penyajian agar tidak menimbulkan rasa pegal. Atau paling tidak menggunakan kursi pada saat melakukan penyajian makanan
§  Dari lingkungan biologis
Dalam hal ini pekerja harus berhati – hati dalam hal pemilihan bahan makanan utamanya daging.Karena salmonella bisa menyebabkan typus sedangkan S.eureus bisa menyebabkan keracunan makanan.
§  Dari lingkungan psikologis
Jika penyebab dari stress yang dialami para pekerjaadalah karena masalah konsumen yang tidak menentu, maka hal yang perlu dilakukan seorang pemimpin adalah menporsir jumlah makanan yang akan diproduksi sehingga tidak merugikan terlalu banyak. Hal lain yang perlu dilakukan adalah tetap menyiapkan bahan baku yang cukup agar sewaktu – waktu jika konsumen meningkat, mereka bisa sesegera mungkin memenuhi keinginan pelanggan sehingga menimbulkan kepuasan tersendiri terhadap pelanggan disisi lain tidak kehilangan pelanggan sehingga bisa mengurangi tingkat stress

E.     Fasilitas kesehatan
Selama pekerja bekerja disana mereka sering mengalami luka – luka ringan seperti luka teriris pisau dan itu terjadi karena mereka masih kurang mengetahui tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Tapi mereka selalu menanggapi luka – lukanya dengan melakukan P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dari 5 aspek lingkungan yang berpotensial mengalami kecelakaan akibat kerja adalah
1.      lingkungan fisik diantaranya pencahayaan yang akan menyebabkan kelelahan mata menyebabkan berkurangnya efisiensi kerja,
2.      Lingkungan kimiawi diantaranya bahan tambahan makanan  tapi itu tidak cukup membahayakan selama penggunaannya masih berada pada standar penggunaanya
3.      Lingkungan fisiologis sudah lumayan bagus karena sudah terdapat gerobak sehingga tidak memakan waktu dan tenaga untuk mengumpulkan alat dan bahan yang diperlukan meski sewaktu – waktu bisa terjadi kesemutan pada kaki sehingga memerlukan kursi untuk mencegah hal tersebut.
4.       Lingkungan psikologis yaitu stress yang dialami oleh pekerja, ada atau tidaknya konsumen sama – sama menyebabkan stress.
5.      lingkungan biologis peneliti tidak menemukan adanya binatang di tempat kerja tersebut. Selama bekerja di tempat tersebut pekerja tidak pernah mengalami penyakit mungkin karena mereka tidak melakukan penggilingan daging.

B.     Saran
Meskipun pedagang bakso tidak tergolong industry formal,namun penerapan k3 harus diterapkan, apalagi pekerja belum mengetahui tentang k3 sehingga menyebabkan penyakit akibat kerja seperti teriris pisau

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan masyarakat.Jakarta : Rineka Cipta
Yudi.1999.hygine personal dan penanganan pangan yang baik. Dikutip pada tanggal 25 Maret 2012 dari file:///E:/k3/higiene-personal-dan-penanganan-pangan.html
Safitri,tantric.2009.Karakteristik mikrobiologis bakso sapi yang Diawetkan dengan substrat antimikroba Lactobacillus plantarum 1a5 pada penyimpanan Suhu ruang. Dikutip pada tanggal 25 Maret dari file:///:/skripsi D09tsa .html